Kamis, 17 Desember 2009

Kemunafikan


Peniel Maiaweng

A.     Pengertian Kemunafikan
1.      Menurut Perjanjian Lama:[1]
a.       Kata “munafik” diterjemahkan dari kata “khanef”, yang berarti mengotori atau menjadi kotor, yang menunjuk kepada moral seseorang yang jahat, buruk, rusak; atau moral yang telah dicemari oleh hal-hal yang buruk; atau menggambarkan perbuatan yang kotor, yang tidak senonoh, atau yang tidak sopan.
b.      Dalam pengertian rohani, perbuatan “munafik” dinyatakan sebagai perbuatan dosa karena seseorang tidak memiliki iman yang benar yang ditunjukkan dalam sikap yang seolah-olah benar.
c.       Kemunafikan menyatakan orang yang bermuka dua atau orang yang berpura-pura; atau orang yang sok dalam hal-hal rohani, tetapi ia tidak memiliki kerohanian yang baik.
2.      Dalam Perjanjian Baru:[2]
a.       Kata “munafik” diterjemahkan dari kata “hupokrisis” yang berarti berkeputusan untuk berbicara dan bertindak yang salah secara tersembunyi, contoh: sopan santun yang dibuat-buat.
b.      Kemunafikan adalah tindakan penipuan yang menyatakan kepura-puraan seseorang, atau tindakan yang sok.  Hidup memerankan peran yang lain yang bukan menyatakan dirinya sendiri.  Hal ini digambarkan dengan atktor atau aktris film yang beperan dalam film yang dimainkan yang bukan menyatakan keaslian dirinya.
B.     Bentuk Kemunafikan:
1.      Perkataan.
a.       Berpura-pura berkata yang benar, tetapi menyatakan kebohongan (I Petrus 2:1).
“Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah.”
b.      Berpura-pura berkata yang benar, tetapi merencanakan kejahatan dalam hati; atau perkataan yang menyesatkan (Yesaya 32:6).
“Sebab orang bebal mengatakan kebebalan, dan hatinya merencanakan yang jahat, yaitu bermaksud murtad    dan mengatakan yang menyesatkan tentang TUHAN, membiarkan kosong perut orang lapar dan orang haus kekurangan minuman.”
c.       Menyatakan sumpah palsu (Mat. 23:28).
“Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.”
d.      Berdusta (I Timotius 4:2).
“oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka.”
e.       Perkataan yang mencela kebaikan seseorang, dengan maksud ia mengetahui bahwa orang tersebut baik, tetapi ia mengatakan tidak baik.
f.        Perkataan yang membinasakan atau merusak kehidupan orang lain (Amsal 11:9).
“Dengan mulutnya orang fasik membinasakan sesama manusia, tetapi orang benar diselamatkan oleh pengetahuan.”
2.      Sikap terhadap sesama.
a.       Sikap yang nampak baik dan benar di mata orang, tetapi di dalam hatinya penuh dengan kedurjanaan (Matius 23:28).
“Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.”
b.      Mencoba/menguji orang lain untuk berbuat salah (Markus 12:15).
“Tetapi Yesus mengetahui kemunafikan mereka, lalu berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mencobai Aku? Bawalah ke mari suatu dinar supaya Kulihat!"
c.       Perbuatan yang berpura-pura (Yakobus 3:17).
“Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.”
d.      Mengenal kebenaran tetapi tidak melaksanakannya (Yesaya 9:17; Lukas 13:15).
“Sebab kefasikan itu menyala seperti api yang memakan habis puteri malu dan rumput, lalu membakar belukar di hutan sehingga tonggak asap berkepul-kepul ke atas” (Yesaya 9:17).
“Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya: "Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman?” (Lukas 13:15)
e.       Hanya memperhatikan kesalahan orang lain, tetapi tidak memperhatikan kelemahan diri sendiri (Matius 7:5; Lukas 6:42).
“Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”
f.        Melakukan kegiatan agama hanya untuk dilihat manusia (Matius 6:2, 5, 16).
“Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.”
"Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.”
"Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.”
g.       Merintangi orang lain datang kepada Allah (Matius 23:13)
“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk.”
h.       Menjadikan orang lain lebih jahat (Matius 23:15)
“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri.”
3.      Kepercayaan kepada Allah.
a.       Kefasikan, ketidakpercayaan terhadap keberadaan Allah walaupun Allah telah membuktikan diri-Nya (Ayub 13:16; 17:8; 20:5; 27:8; 34:10).
b.      Mencoba untuk melupakan Allah (Ayub 8:13)
“Demikianlah pengalaman semua orang yang melupakan Allah; maka lenyaplah harapan orang fasik”
c.       Tidak meminta pertolongan dari Allah (Ayub 36:13).
“Orang-orang yang fasik hatinya menyimpan kemarahan; mereka tidak berteriak minta tolong, kalau mereka dibelenggu-Nya”
d.      Kemunafikan dalam memuliakan Allah dan beribadah (Matius 15:7-9)
Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.  Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia."
e.       Tidak memperhatikan hal-hal rohani yang berkenaan dengan kehidupan di akhirat (Matius 16:2-3; bdg. Lukas 12:56)
“Tetapi jawab Yesus: "Pada petang hari karena langit merah, kamu berkata: Hari akan cerah, dan pada pagi hari, karena langit merah dan redup, kamu berkata: Hari buruk. Rupa langit kamu tahu membedakannya tetapi tanda-tanda zaman tidak.”
f.        Mencobai kemahakuasaan Tuhan (Matius 22:18)
“Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik?”
4.      Berpatokan dan membenarkan tradisi yang tidak Alkitabiah (Markus 7:6-9; Matius 15:7-9).
“Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia." Yesus berkata pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri.”
C.     Gambaran Kemunafikan
1.      Seperti cawan dan pinggan yang bersih sebelah luar tetapi sebelah dalamnya penuh dengan rampasan dan kerakusan (Matius 23:25).
“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan.”
2.      Seperti kuburan yang dilabur putih, tetapi di dalam penuh tulang belulang dan berbagai jenis kotoran (Matius 23:27).
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.”
3.      Ragi (Lukas 12:1).
“Sementara itu beribu-ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga mereka berdesak-desakan. Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi.”
4.      Balok pada mata (Matius 7:5; Lukas 6:42).
“Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
5.      Sarang laba-laba (Ayub 8:13-15).
“Demikianlah pengalaman semua orang yang melupakan Allah; maka lenyaplah harapan orang fasik, yang andalannya seperti benang laba-laba, kepercayaannya seperti sarang laba-laba. Ia bersandar pada rumahnya, tetapi rumahnya itu tidak tetap tegak, ia menjadikannya tempat berpegang, tetapi rumah itu tidak tahan.”
6.      Seperti pohon segar di bawah matahari (Ayub 8:13, 16-18).
“Demikianlah pengalaman semua orang yang melupakan Allah; maka lenyaplah harapan orang fasik … Ia seperti tumbuh-tumbuhan yang masih segar di panas matahari, sulurnya menjulur di seluruh taman. Akar-akarnya membelit timbunan batu, menyusup ke dalam sela-sela batu itu. Tetapi bila ia dicabut dari tempatnya, maka tempatnya itu tidak mengakuinya lagi, katanya: Belum pernah aku melihat engkau!”
7.      Seperti pohon anggur yang gugur buahnya dan pohon zaitun yang jatuh bunganya (Ayub 15:33-34).
“Ia seperti pohon anggur yang gugur buahnya dan seperti pohon zaitun yang jatuh bunganya. Karena kawanan orang-orang fasik tidak berhasil, dan api memakan habis kemah-kemah orang yang makan suap.”
D.      Akibat Kemunafikan
1.      Mengalami hukuman yang lebih berat (Matius 23:14).
“(Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.)”
2.      Tidak dapat meluputkan diri dari hukuman (Matius 23:29).
“Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka?”
3.      Mengalami siksaan dari Allah (Matius 24:49-51).
“Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang munafik. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi."
4.      Tidak akan diperhatikan orang lain (Lukas 11:44).
“Celakalah kamu, sebab kamu sama seperti kubur yang tidak memakai tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya.”
E.      Solusi
1.      Meninggalkan hidup lama (Matius 3:4) serta percaya dan menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadi (I Yohanes 5:11-12)
2.      Merenungkan kebenaran firman Allah secara rutin dan teratur (Mazmur 1:1-6).
3.      Mengakui kesalahan dan kegagalan secara rohani (I Yohanes 1:9).
4.      Hidup dituntun oleh Roh (Galatia 5:16) dan menghasilkan buah Roh (Galatia 22-23, kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri).
5.      Hidup dalam kasih (I Korintus 13:4-6, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah, tidak menyimpan kesalahan orang lain, tidak bersukacita karena ketidakadilan, dan mencitai kebenaran.


[1] James Strong, Strong’s Exhaustive Concordance of the Bible  (Iowa Falls, Iowa: World Bible Publishers, n.d.), s.v. “khanef.”
[2] Ibid, s. v. “hupocrisis.”
Baca Selengkapnya